Tentang Ikigai

Hari ini aku melihat rekan kerjaku sedang memperbaiki CV nya untuk mencari pekerjaan baru. Dia sibuk mengedit sana sini dan membuat akun di platform digital bagi pencari kerja. Ya, aku juga ingin mencoba. Setidaknya begitu pikiranku tadi siang. Aku ingin akhir tahun ini resign dan mencari pekerjaan baru dan lingkungan baru untuk belajar kehidupan. Sampai sore ini aku memutuskan membuka situs pencarian kerja, lalu tiba-tiba aku terhenti ketika situs itu menanyakan “jenis pekerjaan yang ingin kamu cari”.

“Apa?” tanyaku dalam hati.

HRD? Content writer? Graphic designer?

Sambil menjelajah alam pikirku, tiba-tiba aku teringat sebuah vlog yang menceritakan tentang ikigai, and that’s extremely interesting, so I contemplate myself again with this ikigai paradigm. Then, what is ikigai?

Ikigai berasal dari bahasa Jepang yang bersal dari kata ‘iki’ yang artinya ‘life’ dan gai yang artinya ‘worth’. Jadi ikigai adalah life’s worth, nilai hidup. Yang membuat konsep ini menarik adalah bahwa untuk mencapai ikigai, kita harus punya keseimbangan antara 4 aspek, yaitu:

  1. Apa yang kita suka lakukan?
  2. Apakah kita baik dalam mengerjakannya?
  3. Apakah kita bisa mendapat imbalan / profit dari hal itu?
  4. Apakah dunia membutuhkannya?

ikigai-1

Dari gambar di atas, kita bisa lihat beberapa irisan. Misal, kalau kita terlalu sibuk berpikir ‘aku bisa apa’ dan ‘gimana aku bisa dibayar’, ya jadinya sekedar profesi. Belum tentu kita mencintai pekerjaan itu dan belum tentu dunia membutuhkannya. Lain halnya, misal kita terlalu fokus pada ‘apa yang kita suka’ dan ‘apa yang bisa kita lakukan’ maka yang kita fokuskan adalah passion, tapi sayangnya belum tentu ia bisa menghasilkan uang dan bisa saja dunia tidak membutuhkannya. Sehingga, ketika keempatnya bila tidak seimbang akan terjadi perasaan ketidakpuasan dalam menjalani hidup kita.

Katanya, bila kita ingin tahu apa ikigai dalam diri kita, kita harus mengeksplor diri kita. Coba bekerja dalam berbagai bidang yang disukai. Part time misalnya. Sehingga paling tidak kita bisa semakin mengenal diri kita, apa yang kita suka dan apa yang tidak kita suka. Lebih paham apakah diri kita baik dalam melakukan tipe pekerjaan seperti apa. Semakin mengeksplor, apa masalah dunia yang saat ini menarik perhatian kita?

Bukan. Kita bukan dituntut untuk menjadi pahlawan kesorean yang tiba-tiba merubah dunia. Bukan.

Tugas kita hanyalah memberi manfaat kecil dalam bidang kita, setidaknya untuk meringankan beban masalah dunia ini, tentunya dalam bidang yang kita cintai dan kita sukai.

Seorang bijak berkata, “Hidup ini terdiri dari dua lingkaran. Yang pertama adalah lingkaran raksasa tentang masalah dunia. Lingkaran kedua hanyalah titik kecil, yang merupakan lingkaran kita sebagai individu”

Jadi, kita sebagai lingkaran titik kecil yang hidup di lingkaran raksasa permasalahan dunia pasti mustahil merubah lingkaran raksasa tersebut daam sekejap. Tapi yang bisa kita lakukan adalah berusaha membuat lingkaran titik kecil kita terang, tidak gelap, dan tidak menambah permasalahan dunia yang begitu besar, dan mencoba membantu titik-titik kecil di sekitar kita untuk bersinar juga. Itu saja.

Semoga kita bisa menemukan ikigai kita dan bisa konsisten menjalaninya ya!

2 Comments Add yours

  1. Ask my name says:

    What you are good at?
    Daydreaming about the world conspiration

    Like

  2. So maybe you can start your career as a conspiracy theorist. Wait, who will pay you, then? Bcs capitalists will hate your work wk

    Like

Leave a comment